Rusia Menuduh AS Bantu Teknologi Senjata Biologis Ukraina Melawan Rusia, AS Malah Menuduh Rusia Menggunakan Senjata Kimia dan Biologis



HaiTekno - Menteri Pertahanan Rusia Igor Konashenkov sebelumnya menyatakan AS mendanai Ukraina membuat senjata biologis dari patogen mematikan. Ia juga mengaku telah mendapatkan bukti-bukti dokumen yang menunjukkan detail aktivitas riset materi biologi untuk keperluan militer Ukraina.


Ukraina diketahui memang memiliki laboratorium yang secara sah mempekerjakan para ilmuwan untuk melindungi warga Ukraina dari penyakit seperti Covid-19.


Mengingat Ukraina sekarang dalam keadaan perang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta Ukraina menghancurkan semua patogen berbahaya di laboratoriumnya.


Di samping itu juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, justru mengatakan Rusia kemungkinan menggunakan senjata kimia selama melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu.


Senjata Biologis


Senjata biologis digunakan untuk menggambarkan persenjataan patogen berbahaya, seperti virus Ebola.


Rusia ketika masih Uni Soviet mengendalikan program senjata biologis yang sangat besar, yang dijalankan sebuah badan bernama Biopreparat, dan mempekerjakan sekitar 70 ribu orang.


Setelah berakhirnya Perang Dingin, para ilmuwan masuk untuk membongkarnya.


Soviet diketahui telah memproduksi dan mempersenjatai antraks, cacar, dan penyakit lain yang secara massal setelah mengujinya pada monyet hidup di sebuah pulau di Rusia selatan.


Mereka bahkan memasukkan spora antraks ke dalam hulu ledak rudal jarak jauh antarbenua yang ditujukan ke kota-kota Barat.


Rusia tidak segera menunjukkan bukti kesalahan Ukraina di senjata kimia. Tetapi menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada pekan lalu untuk membahas klaimnya.


Bom yang disematkan zat kima maupun biologis dianggap seperti senjata yang menimbulkan kepanikan di antara penduduk dunia, dan disebut bisa merusak moral masyarakat.


Senjata Kimia


Beda dari senjata biologis, senjata kimia adalah jenis amunisi yang disertai racun atau zat kimia yang menyerang sistem tubuh manusia.


Ada berbagai kategori senjata kimia, misalnya gas yang mampu membuat sesak nafas seperti fosgen yang menyerang paru-paru dan sistem pernapasan, menyebabkan korban tenggelam dalam sekresi paru-paru mereka.


Ada pula zat yang membuat melepuh, seperti gas mustard, yang membakar kulit dan membutakan orang.


Namun, semua zat kimia dilarang keras oleh Konvensi Senjata Kimia 1997 yang ditandatangani sebagian besar negara, termasuk Rusia.


Kemudian ada kategori paling mematikan dari semuanya, yaitu gas saraf yang mengganggu pesan otak ke otot-otot tubuh.


Setetes kecil zat kimia itu bisa berakibat fatal. Kurang dari 0,5 mg gas ini sudah cukup untuk membunuh orang dewasa.


Semua yang disebut bahan kimia ini dapat digunakan dalam peperangan dengan peluru artileri, bom, dan misil.


Pengawas global untuk senjata kimia adalah OPCW atau Organisasi Pelarangan Senjata Kimia. Pengawas ini berada di Den Haag, Belanda untuk memantau penggunaan senjata kimia yang tidak sah.


Mereka telah digunakan dalam perang di masa lalu, seperti contohnya dalam Perang Dunia I, perang Iran-Irak pada 1980-an, dan baru-baru ini oleh pemerintah Suriah melawan pasukan pemberontak.


Apabila Rusia menggunakan senjata kimia berbahaya dalam perangnya, ini akan dianggap melintasi batasan, dan kemungkinan besar mendorong seruan bagi Barat untuk mengambil tindakan tegas, menurut laporan BBC.


Sejumlah negara-negara dikabarkan memiliki senjata kimia, di antaranya China, Jepang, Korea Utara, Amerika Serikat, Rusia, Israel, Taiwan, Irak, India, Mesir dan Myanmar.


Sumber: CCN Indonesia
Artikel asli: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220315092156-199-771300/beda-senjata-biologis-dan-kimia-di-perang-rusia-ukraina

Lebih baru Lebih lama